Social Icons

Selasa, 30 Oktober 2012

Tempat Favoritku, Perpustakaan ITB

Perpustakaan ITB

          Impian akan menjadi kenyataan jika disertakan ikhtiar dan doa. Menjadi seorang mahasiswi ITB adalah cita-citaku sejak aku hampir menyelesaikan pendidikan menengah atas tahun ini. Walau begitu, Allah berkehendak lain. Menjadi mahasiswi Universitas Jenderal Achmad Yani adalah takdir terbaik yang Allah berikan untukku untuk tahun ini. Walau begitu, semangatku ini menjadi seorang mahasiswi ITB tidak akan pernah pupus ditelan waktu. Itulah semangatku dalam belajar di Universitas Jenderal Achmad Yani, menjadi mahasiswi ITB.
          Impianku ini memang belum Allah takdirkan untuk tercapai tahun ini, namun semangatku tidak akan pernah luntur. Mengunjungi kampus ITB adalah rutinitasku setiap satu minggu atau dua minggu sekali, yaa walau baru dimulai sejak tiga minggu yang lalu terhitung dari hari ini (30/10). Tempat yang biasa aku kunjungi adalah Perpustakaan ITB. Dengan belajar di sana, rasanya aku sudah menjadi mahasiswi ITB walau hanya dalam waktu sesaat. Rasa bangga yang aku rasakan saat duduk di bangku perpustakaan, membuatku semakin semangat dalam belajar dan menjalani kehidupanku ini.
          Sekilas mengenai perpustakaan ITB ini. 
          Perpustakaan ITB berdiri bersamaan dengan lahirnya Technische Hoogeschool (TH) di Bandung pada tahun 1920, sebagai cikal bakal ITB pada masa pendudukan Belanda. Perpustakaan ITB yang saat itu dikenal sebagai Perpustakaan TH dikenal sampai ke luar negeri karena memiliki koleksi yang sangat bermutu dengan cakupan yang luas, meliputi hampir semua bidang ilmu, mulai dari ilmu rekayasa, ilmu pengetahuan alam, sosiologi, filosofi, sastra, musik dll. Koleksi buku yang dimiliki Perpustakaan TH kebanyakan berbahasa Belanda, Perancis, Jerman dan Inggris. Saat itu Perpustakaan TH memiliki koleksi karya tokoh-tokoh terkenal dalam bidang masing-masing seperti seri karya Bertrand Russell, karya-karya ahli Fisika H.A Lorentz, ahli matematika dan astronomi K.F Gauss, dan tokoh-tokoh lainnya seperti Charles D.Darwin, William Shakespeare dan Goethe. Bahkan laporan Alfred C.Kinsey yang pada masa itu sangat menghebohkan mengenai perilaku seks masyarakat Amerika tahun 1940-an yang terbit dengan judul The Kinsey Report pun sudah dimiliki Perpustakaan TH.
          Perkembangan politik yang terjadi saat itu membuat TH Bandung sempat ditutup dan ditinggalkan Belanda. Pada masa pendudukan Jepang, TH Bandung dibuka kembali dengan nama Bandung Kogyo Daigaku. Saat Indonesia memproklamirkan kemerdekaannya, Bandung Kogyo Daigaku memiliki nama baru yaitu Sekolah Tinggi Teknik Bandung, dipimpin Prof.Ir.Rooseno. Pada bulan November 1945, situasi politik yang terjadi saat itu di tanah air membuat semua dosen dan karyawan Sekolah Tinggi Teknik Bandung harus mengungsi dan sekolah ini pun sempat dipindahkan ke Yogyakarta.
          Tahun 1946 TH Bandung dibuka kembali oleh pemerintah pendudukan Belanda, sebagai Fakultas Teknik dari Universitas Indonesia yang berpusat di Jakarta?bukan sebagai suatu perguruan tinggi yang berdiri sendiri. Perkembangan ini pada tahun 1947 diikuti dengan pembukaan fakultas baru yaitu Fakultas Pasti dan Alam, dengan fasilitas perpustakaan perkumpulan ilmu alam KNV (Koninklijke Natuurkunde Vereniging) yang memiliki koleksi berjumlah 30.000 eksemplar Perpustakaan tersebut dahulu menempati gedung Balai Pertemuan Ilmiah (BPI) ITB yang terletak di jalan yang kini dikenal sebagai Jalan Surapati 1 Bandung.
Kedua fakultas itu lebur menjadi Institut Teknologi Bandung pada tahun 1959, sehingga 2 perpustakaan yang berada di masing-masing fakultas pun menjadi satu , dengan jumlah koleksi sekitar 120.000 eksemplar.
          Ketika semua warga Belanda harus meninggalkan Indonesia pada tahun 50-an, perpustakaan ITB menurun kualitasnya karena kekurangan tenaga ahli perpustakaan, yang sebelumnya dipegang oleh orang-orang Belanda yang bekerja di perpustakaan tersebut. Akibatnya terjadilah kekacauan dalam sistem penyusunan dan penempatan buku, sistem peminjaman, kehilangan buku, dll.
          Kondisi ini mendorong terbentuknya Panitia Pembina Perpustakaan ITB yang beranggotakan 3 orang mewakili Bidang Rekayasa, Ilmu Pengetahuan Alam dan Seni Rupa. Tugas panitia ini adalah menata kembali Perpustakaan ITB. Upaya panitia mendapatkan juga dukungan dari dosen-dosen dan para mahasiswa yang secara bergiliran bekerja di perpustakaan di luar jam kuliah. Tim ini berhasil menata kembali perpustakaan, bahkan jam buka perpustakaan diperpanjang hingga pukul 22.00 Selain menata kembali kondisi operasional perpustakaan, Panitia Pembina Perpustakaan ITB juga menghidupkan lagi hubungan kerjasama Perpustakaan ITB dengan lembaga-lembaga lain di luar negeri yang pernah terjalin semasa TH Bandung berdiri, upaya ini dilakukan salah satunya melalui pertukaran Proceedings ITB sebagai bahan pertukaran informasi/publikasi ilmiah dengan institusi-institusi tersebut.
           Memelihara selalu lebih sulit daripada membangun!. Hal ini pula yang dirasakan UPT Perpustakaan ITB. Dengan berbagai kondisi yang turut mempengaruhi kinerja dan kualitas perpustakaan, saat ini begitu banyak tantangan yang harus dihadapi dan diatasi UPT Perpustakaan ITB. Salah satu masalah utama yang begitu sulit diwujudkan karena kondisi sosial ekonomi saat ini adalah membangun koleksi yang selalu selaras dengan perkembangan dunia ilmu pengetahuan mutakhir. Hal ini begitu sulit diwujudkan mengingat diperlukan dukungan dana yang memadai. Namun upaya lain tetap dapat ditempuh dan senantiasa terus diupayakan pihak UPT Perpustakaan ITB untuk menjaga dan meningkatkan kualitas perpustakaan, termasuk membangun koleksinya yaitu dengan membina dan mengembangkan jejaring (kerjasama) dengan berbagai pihak baik di dalam maupun di luar negeri Diharapkan dengan jejaring yang kuat UPT Perpustakaan ITB dapat mendukung visi dan misi Institut Teknologi Bandung sebagai institusi pendidikan, yang bukan hanya bermanfaat bagi sivitas akademika ITB semata tetapi juga bermanfaat bagi masyarakat luas. (http://www.lib.itb.ac.id/?mod=about)
           Nah... ini sekilas mengenai kampus ITB. Yang membuat diriku nyaman belajar di perpustakaan ini adalah suasana kampus yang nyaman dan penyediaan sumber-sumber yang memadai.
          InsyaAllah suatu saat nanti, Allah akan menakdirkan aku untuk menjadi bagian dari kampus impianku ini, Institut Teknologi Bandung. (aamiin)
 
"Peliharalah semangatmu dalam menjalani kehidupan ini, apapun itu semangatnya dan tetap karena Allah"


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Semangatku

Hidup itu untuk hidup. Hidup itu untuk berkarya di dunia dan kelak tersenyum di akhirat. Hidup itu menebar manfaat. Suatu kebahagiaan ketika bisa melihat orang tersenyum dan bersyukur karena adanya kita.

Bagi saya, lebih baik dibenci di hadapan manusia. Daripada dibenci di hadapan Allah. Terkadang perbuatan yang kita lakukan, orang lain tidak suka melihatnya (membenci kita). Bagi saya, selagi hal itu baik menurut Allah, dibenci adalah ujian terbaik yang menjadikan saya pribadi yang tegar. So, semangat menjadi seorang yang lebih baik lagi di hadapan Allah :)

Tentang Saya

Saya adalah saya. Mencoba untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi ^^

Motivasi

Kejujuran adalah sesuatu yang sangat mahal. Terkadang kejujuran bisa membuat kita terjatuh, namun hal itu akan memberikan kekuatan berarti dalam kehidupan kita.