AKU INGIN KULIAH
Putri adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Kini Ia duduk
di bangku kelas 3 SMA. Kakaknya bernama Putra, Ia seorang mahasiswa berprestasi
di salah satu universitas ternama di Indonesia. Walau keluarga mereka terbilang
tidak mampu, namun prestasi yang diraih Kakaknya merupakan hasil dari keringat
belajarnya selama ini. Ia mendapatkan beasiswa hingga S1. Putri ingin sekali
seperti kakaknya.
Jam
dinding menunjukkan pukul 13.00.
Putri :
(mengetuk pintu sambil mengucapkan salam) “Assalamu’alaikum, Ibu! Putri
pulang...” (sambil membuka pintu)
Ibu :
“Wa’alaikumsalam” (melihat ke arah pintu dan melanjutkan menjahit)
Putri menghampiri Ibu dan
segera mencium tangan Ibu
Putri :
“Ibu, Putri mau kuliah...” (sambil melepaskan tangan Ibunya perlahan)
Ibu :
“Nak, Ibu tidak mampu membayar uang kuliahmu. Kau-kan perempuan, tamat SMA langsung melamar kerja atau menunggu untuk
dilamar saja” (sambil mengusap kepala anaknya)
Ibu :
“Tapi, Putri ingin kuliah Bu” (pergi meninggalkan Ibunya dan masuk kamar dengan
wajah yang sedih)
Ibu :
“Putri... Putri...” (sambil menggelengkan kepalanya)
Keesokan
harinya, sebelum berangkat sekolah.
Putri :
“Ibu, Putri ingin kuliah. Putri akan belajar sungguh-sungguh. Putri bisa
seperti kakak mendapatkan beasiswa hingga S1. Putri akan berusaha untuk tidak
membebani Ibu dan Ayah” (sambil memegang tangan Ibunya hendak mencium telapak
tangannya)
Ibu :
“Putri, walau kau nanti kau kuliah, pasti akhirnya kau hanya akan menjadi Ibu
rumah tangga seperti Ibu. Mengurus anak, mengurus rumah, dan memasak. Lebih
baik kau belajar mengurus rumah dan memasak saja pada Ibu. Bantu Ibu di rumah,
Nak..” (menggenggam erat tangan Putri sambil meyakinkan)
Putri :
“Ibu, itu tidak cukup. Putri ingin
kuliah, tidak hanya mengabdi pada keluarga, tapi Putri ingin belajar menjadi
orang yang bermanfaat di masyarakat. Ibu percayakan Putri punya kemampuan?”
Ibu :
“Ibu percaya Putri..., tapi...”
Putri :
“Putri akan belajar dengan sungguh-sungguh. Putri akan kuliah seperti Kakak.
Putri berangkat sekolah dulu Bu. Assalamu’alaikum” (mencium tangan Ibunya dan
segera pergi meninggalkan Ibunya)
Sang
Ibu hanya bisa berdoa dan berharap atas pilihan putrinya.
SNMPTN telah berlalu, tidak terasa hasil SNMPTN akan segera
diumumkan esok hari. Putri tidak sabar melihat namanya tercantum dalam daftar
peserta yang lulus SNMPTN.
Sudah
lama ia menunggu tukang koran yang biasa lewat di depan rumahnya. Tiba-tiba...
Tukang Koran : “Koran, koran,...!”
Putri :
“Mang, korannya satu!” (menghampiri tukang koran)
Setelah selesai membeli koran, Putri
berjalan perlahan masuk ke beranda rumahnya sambil membuka lembar demi lembar
koran
Putri : “Alhamdulillah. Ibu...!
(berteriak memanggil Ibunya)
Ibu : “Ada apa, Nak? Kok
teriak-teriak begitu?
Putri :
“Ibu, Putri diterima di PTN yang Putri inginkan. Ini ada nama putri
(sambil memperlihatkan daftar peserta
SNMPTN yang lolos di lembar koran yang ia pegang)
Ibu : “Alhamdulillah” (memeluk
anaknya)
Putri :
(sambil melepas pelukan ibunya) “Ibu, Putri bisa buktikan pada Ibu kalau Putri
bisa lulus SNMPTN. Ibu tidak perlu khawatir untuk biaya kuliah, Putri akan
berusaha untuk membayarnya. Semoga nanti Putri bisa mendapatkan beasiswa. Ibu
doakan ya...”
Ibu :
“Ibu selalu mendoakanmu, Nak. (mengalihkan pembicaraan) Oh ya, kamu masih mau
belajar memasak dengan Ibu-kan?”
(sambil mengajak Putri untuk masuk ke dalam rumah)
Putri :
“Pasti dong, Bu. Itu nomor satu. Ingat pesan Ibu, perempuan itu harus pintar
masak. Ya-kan, Bu?”
Ibu :
“Pintar anak Ibu..” (sambil tersenyum dan bersyukur melihat anak bungsunya)
...
Cerita pendek ini dibuat untuk memenuhi tugas B. Indonesia kelas XII SMA beberapa bulan yang lalu...
Entah cerita pendek atau hanya sekedar dialog (apapun namanya) Semoga bermanfaat!!!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar