Social Icons

Jumat, 28 September 2012

Aku Ingin Kuliah


AKU INGIN KULIAH

Putri adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Kini Ia duduk di bangku kelas 3 SMA. Kakaknya bernama Putra, Ia seorang mahasiswa berprestasi di salah satu universitas ternama di Indonesia. Walau keluarga mereka terbilang tidak mampu, namun prestasi yang diraih Kakaknya merupakan hasil dari keringat belajarnya selama ini. Ia mendapatkan beasiswa hingga S1. Putri ingin sekali seperti kakaknya.   

Jam dinding menunjukkan pukul 13.00.

Putri     : (mengetuk pintu sambil mengucapkan salam) “Assalamu’alaikum, Ibu! Putri pulang...” (sambil membuka pintu)

Ibu       : “Wa’alaikumsalam” (melihat ke arah pintu dan melanjutkan menjahit)

Putri menghampiri Ibu dan segera mencium tangan Ibu

Putri     : “Ibu, Putri mau kuliah...” (sambil melepaskan tangan Ibunya perlahan)

Ibu       : “Nak, Ibu tidak mampu membayar uang kuliahmu. Kau-­kan perempuan, tamat SMA langsung melamar kerja atau menunggu untuk dilamar saja” (sambil mengusap kepala anaknya)

Ibu       : “Tapi, Putri ingin kuliah Bu” (pergi meninggalkan Ibunya dan masuk kamar dengan wajah yang sedih)

Ibu       : “Putri... Putri...” (sambil menggelengkan kepalanya)

            Keesokan harinya, sebelum berangkat sekolah.

Putri     : “Ibu, Putri ingin kuliah. Putri akan belajar sungguh-sungguh. Putri bisa seperti kakak mendapatkan beasiswa hingga S1. Putri akan berusaha untuk tidak membebani Ibu dan Ayah” (sambil memegang tangan Ibunya hendak mencium telapak tangannya)

Ibu       : “Putri, walau kau nanti kau kuliah, pasti akhirnya kau hanya akan menjadi Ibu rumah tangga seperti Ibu. Mengurus anak, mengurus rumah, dan memasak. Lebih baik kau belajar mengurus rumah dan memasak saja pada Ibu. Bantu Ibu di rumah, Nak..” (menggenggam erat tangan Putri sambil meyakinkan)

Putri     : “Ibu, itu tidak  cukup. Putri ingin kuliah, tidak hanya mengabdi pada keluarga, tapi Putri ingin belajar menjadi orang yang bermanfaat di masyarakat. Ibu percayakan Putri punya kemampuan?”

Ibu       : “Ibu percaya Putri..., tapi...”

Putri     : “Putri akan belajar dengan sungguh-sungguh. Putri akan kuliah seperti Kakak. Putri berangkat sekolah dulu Bu. Assalamu’alaikum” (mencium tangan Ibunya dan segera pergi meninggalkan Ibunya)

Sang Ibu hanya bisa berdoa dan berharap atas pilihan putrinya.

SNMPTN telah berlalu, tidak terasa hasil SNMPTN akan segera diumumkan esok hari. Putri tidak sabar melihat namanya tercantum dalam daftar peserta yang lulus SNMPTN. 

Sudah lama ia menunggu tukang koran yang biasa lewat di depan rumahnya. Tiba-tiba...
Tukang Koran  : “Koran, koran,...!”

Putri                 : “Mang, korannya satu!” (menghampiri tukang koran)

Setelah selesai membeli koran, Putri berjalan perlahan masuk ke beranda rumahnya sambil membuka lembar demi lembar koran

Putri                 : “Alhamdulillah. Ibu...! (berteriak memanggil Ibunya)

Ibu                   : “Ada apa, Nak? Kok teriak-teriak begitu?

Putri                 : “Ibu, Putri diterima di PTN yang Putri inginkan. Ini ada nama putri (sambil    memperlihatkan daftar peserta SNMPTN yang lolos di lembar koran yang ia pegang)

Ibu                   : “Alhamdulillah” (memeluk anaknya)

Putri                 : (sambil melepas pelukan ibunya) “Ibu, Putri bisa buktikan pada Ibu kalau Putri bisa lulus SNMPTN. Ibu tidak perlu khawatir untuk biaya kuliah, Putri akan berusaha untuk membayarnya. Semoga nanti Putri bisa mendapatkan beasiswa. Ibu doakan ya...”

Ibu                   : “Ibu selalu mendoakanmu, Nak. (mengalihkan pembicaraan) Oh ya, kamu masih mau belajar memasak dengan Ibu-kan?” (sambil mengajak Putri untuk masuk ke dalam rumah)

Putri                 : “Pasti dong, Bu. Itu nomor satu. Ingat pesan Ibu, perempuan itu harus pintar masak. Ya-kan, Bu?”

Ibu                   : “Pintar anak Ibu..” (sambil tersenyum dan bersyukur melihat anak bungsunya)
...

Cerita pendek ini dibuat untuk memenuhi tugas B. Indonesia kelas XII SMA beberapa bulan yang lalu...
 Entah cerita pendek atau hanya sekedar dialog (apapun namanya) Semoga bermanfaat!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

 

Semangatku

Hidup itu untuk hidup. Hidup itu untuk berkarya di dunia dan kelak tersenyum di akhirat. Hidup itu menebar manfaat. Suatu kebahagiaan ketika bisa melihat orang tersenyum dan bersyukur karena adanya kita.

Bagi saya, lebih baik dibenci di hadapan manusia. Daripada dibenci di hadapan Allah. Terkadang perbuatan yang kita lakukan, orang lain tidak suka melihatnya (membenci kita). Bagi saya, selagi hal itu baik menurut Allah, dibenci adalah ujian terbaik yang menjadikan saya pribadi yang tegar. So, semangat menjadi seorang yang lebih baik lagi di hadapan Allah :)

Tentang Saya

Saya adalah saya. Mencoba untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi ^^

Motivasi

Kejujuran adalah sesuatu yang sangat mahal. Terkadang kejujuran bisa membuat kita terjatuh, namun hal itu akan memberikan kekuatan berarti dalam kehidupan kita.